Tanpa kategori

Kutunggu Kau Di Jalan Kepastian

pemandangan-pantai-menakjubkan-foto-fotografi

“Bersama dengan deburan ombak di pantai lepas, aku kirimkan sebuah doa untuk yang terkasih nantinya.”

Dulu aku memang bukan penganut paham sendiri untuk bahagia nantinya. Aku hanya tau ketika berdua, itu lebih indah. Beberapa kali aku bersama orang-orang yang menurutku baik dan membuatku nyaman. Dengan berbagai karakter dan tingkah polah unik yang aku amati dari mereka, ternyata itu hanya membuatku senang sesaat saat bersamanya. Masih teringat ketika seorang dari mereka pernah ada di dalam hati ini bisa menjadi yang terkasih, sahabat, teman, kaka dan bahkan guru kehidupanku. Tak ingin aku sebutkan namanya dalam tulisan ini. Tapi dia berbeda dari yang lain. Dia yang selalu ada untukku kala itu selalu membuatku merasa jadi yang terhebat. Awalnya kami memang sudah berteman dekat. Tapi tak tau apa yang merasuki dirinya untuk mengungkapkan itu padaku. Hubungan itu tidak terjalin lama, karena aku merasa lebih asik ketika kami berteman.

Kebetulan kami sekelas dan tergabung dalam satu organisasi. Jadi, apapun kegiatan yang kami lakukan pastilah selalu berdua. Walaupun saat itu sudah tidak ada status spesial lagi di antara aku dengan dirinya, kami tetap menjaga hubungan baik itu. Sampai pada suatu saat aku dengan dia didelegasikan sebagai perwakilan siswa berprestasi untuk mengikuti sebuah kegiatan se wilayah kami. Hanya dua orang perwakilan dari setiap sekolahnya. Saat itu aku tidak tau kalau kami lah yang diutus untuk mewakili kegiatan tersebut. Selama tiga hari tiga malam, aku selalu bersama dirinya. Terkadang suasana membuat perasaanku terombang ambing tak terarah tujuanya. Tingkah lakunya yang selalu hangat pada diriku membuatku nyaman berada disisinya. Tapi seketika itu juga aku tersadar bahwa dia bukan siapa-siapa ku lagi dan tak ingin pula untuk seperti dulu lagi.

“Keindahan Edelweis sekalipun tak dapat menandingi hadirmu di dalam hatiku”.

Hubungan baik masih terjalin hingga kami lulus dari sekolah itu. Sering aku berpikir, kenapa harus ada status spesial kalau sendiri juga bisa selalu bersama. Mulai dari belajar dan hangout setiap minggunya masih terjalin akrab diantara kami. Beberapa kali dia mengutarakan rasa itu kepadaku dan meminta untuk balik seperti dulu lagi. Tapi ada rasa takut yang aku fikirkan ketika menyambut baik untuk pertanyaan itu. Dia yang memiliki segudang aktifitas membuatku tidak nyaman kalau harus terikat dikala aku harus berfokus pada impianku. Ada rasa mengganjal yang tidak bisa diungkapkan saat aku bersama dirinya.

Akhirnya waktu pula yang menjauhkan, kampusku dan kampusnya yang berbeda membuat instensitas waktu kami habis bersama kegiatan perkuliahan. Sudah tidak sempat lagi hanya sekedar untuk mengobrol melayangkan segala pemikiran tentang apapun yang ada. Sempat terlintas di dalam fikiranku kalau dia sudah bersama yang lain dan mungkin sudah enggan menyapaku. Ada rasa egois untuk mengatakan “Kenapa kau tidak mencari tau akan keadaanku sekarang?”

Tapi ternyata ada yang terlewat dari bagian ini semua, ialah sebuah kesadaran. Kesadaran akan hal yang seharusnya tidak dilakukan tapi sudah aku rasakan. Lingkungan kampusku membuat diriku semakin sadar bahwa mencintai tidak harus segera memiliki tanpa ikatan yang sah. Banyak pertanyaan yang terlintas kenapa ini tidak diperbolehkan. Sebenarnya semua orang sudah paham akan hal ini, tapi karena faktor yang biasa disebut “masa puber” membuat banyak orang salah kaprah. Semakin aku jauh dari dia dan semakin banyak aku bergaul dengan orang-orang yang paham akan hal ini, sejatinya aku terjaga dari hal-hal ketidakpastian. Pola fikirku perlahan berubah tentang hal-hal seperti ini.

Pelampiasanku untuk sedikit mengabaikan rasa rindu akan hadirnya seorang sosok yang dulu begitu kuat didalam bayanganku, aku lakukan dengan cara mengikuti berbagai kegiatan yang memakan banyak waktu bersama teman-temanku. Mungkin awal dari niatku adalah sebuah pelampiasan, akan tetapi sekarang semuanya seperti kenyamanan. Kenyamanan yang hadir karena pernah mengenal rasa ketidakpastian.

Aku tidak pernah menyalahkan fitrah dari seorang manusia untuk mencintai dan dicintai, tapi hanya cara untuk mengungkapkannya saja yang harus dikaji lagi. Ketika rasa ini disimpan untuk nanti yang lebih indah, rasanya bisa menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Menyibukan diri dengan hal-hal bermanfaat lainya lebih berguna ketimbang memikirkan ketidakpastian. Alur ini akan disadari oleh orang-orang yang memang mau dan ingin merubah dirinya. Tidak hanya sebatas tampilan fisik, tapi juga tampilan yang menjadi keindahan sesungguhnya. Berasal dari dalam diri, semua orang yang mencari titik terang dalam keramaian yang gelap tak terarah tujuanya.

Biarkan rasa ini menjadi sebuah cerita yang bisa menjadi pelajaran berharga bagiku. Tak usah dikenang tapi jadikan sebuah pecut pemacu semangat untuk tetap istiqomah di jalanMu. Siapapun kau nantinya akan kutunggu kau Dijalan Kepastian Dengan RidoNya.

#LombaHampa

Tinggalkan komentar